Elo Memang Elok

Magelang, 23 Oktober 2011

Elo adalah salah satu sungai di daerah Magelang yang berhulu dari Gunung Merbabu. Elo merupakan sungai yang bermuara di Sungai Progo. Sungai Elo biasa digunakan untuk wisata arung jeram. Arusnya yang tidak berbahaya membuat masyarakat disekitar Sungai Elo menggunakan lokasi tersebut untuk wisata alam arung jeram. Letaknya yang dekat dengan Candi Borobudur dan Candi Mendut membuat lokasi wisata ini cepat terkenal. Bagi para pecinta alam wisata ini sudah tidak asing lagi.
Perjalanan ini diawali dari keinginan lamaku. Aku ingin bermain air di sungai. Bukan sekedar mandi atau renang. Bermain dengan peralatan yang lengkap. Seperti aku lihat di televisi yang menayangkan berbagai macam olah raga di air. Arung jeram. Olah raga yang sering disebut rafting ini memang cukup menantang. Bermain sambil meguji nyali. Semua orang sebenarnya bisa melakukan olah raga ini. Cukup dengan mengalahkan egoisme kita. Berani menerima tantangan yang disuguhkan alam.
Tanggal 23 Oktober 2011, Minggu siang kami bersepuluh berangkat bersama-sama. Melewati jalan sepi, kanan kiri sawah. Suguhan setiap hari. Maklum di Desa. Jauh dari bisingnya kota. Pemandangan yang disuguhkan Allah untuk kami. Perlu dinikmati. Merapi yang sudah mulai hijau lagi, terlihat dari ujung hingga kakinya. Besar. (Jadi teringan setahun yang lalu). Sampingnya yang selalu setia mendampingi – Merbabu. Inilah gunung yang akan menjadi hulu Sungai Elo. Kemudian diikuti gunungn-gunung lainnya Semeru, Slamet, Sindoro, Sumbing yang terlihat lebih kecil dari kedua gunung tersebut. Jarak dan bulatnya bumi yang membuat hal itu terjadi.
Setengah jam lebih telah kami lewati, melalui jalur alternatif. Sampailah kami di base camp. Disambut oleh penyedia jasa -Kaling adventure. Sesudah memparkir motor dengan rapi, kami “dimanggakke”. Tempatnya cukup luas. Ada beberapa bus disana. Banyak orang yang akan melakukan kegiatan ini. Mereka terlihat senang sekali. Raut wajah takut pun tidak terlihat. Wanita, laki-laki, anak-anak, orang tua, bersiap-siap menuju lokasi awal bermain arum jeram. Karena saat itu sudah tengah hari kami diantar ke Mushola dulu. Menjalankan ibadah bagi yang menjalankan. Selesai sudah.
Kami harus menuju pos pertama yang jaraknya cukup jauh. 10-15 menit ditempuh dengan kendaraan. Seperti orang-orang sebelum kami, kami sudah disediakan satu kendaraan khusus untuk menuju lokasi. Mirip mikrolet (bis tuyul) yang disediakan untuk kami. Perasaan kami pun berbeda-beda. Kami terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan. Dari sekian banyak orang 8 orang adalah teman baru. Baru saja kenalan dan 1 orang teman saya. Sebenarnya saya hanya pelengkap saja. Karena olah raga ini adalah tim. Minimal 5 orang sementara kemarin masih kurang 1 orang. Kebetulan saya suka dengan olah raga yang cukup menantang jadi saya ditawari ikut oleh teman sekaligus tetangga saya itu. Ada 2 pasang  yang pacaran, salah satunya tetangga saya dengan teman kuliahnya.
Sesampainya di start kami tidak langsung naik ke kapal. Ada penyuluhan dari instruktur. Pertama kami diajari cara memegang dayung. Caranya adalah jika kita berada disebelah kiri berarti kita mendayung di kiri. Cara memegangnya yaitu tangan kanan memegang kepala dayaung dengan posisis jempol di kiri bawah dan empat ruas jari kita dibagian atas. Kemudian tangan sebelah kiri memegang badan / tongkat dayung. Setelah itu posisikan dayung agak miring, bagian ekor menyentuh air. Kalau kita sebelah kanan berarti kebalikannya. Jika dayung tidak digunakan angakat dayung dan dipangku. Posisikan ekor dayung berada disisi luar kapal.
Cara mendayung. Resep awal adalah kompak, jangan sampai yang satu mendayung maju yang satu mundur. Jika kita ingin mendayung maju maka tarik dayung dari depan kebelakang (melawan arus air). Ini akan berfungsi ketika kita ingin segera sampai tempat tujuan. Cara mendayung mundur yaitu menggoyangkan dayung dari belakang ke depan. Gaya ini bisa kita gunakan ketika kita ingin belok. Kemudian ada gaya-gaya tertentu ketika menghadapi jeram atau arus yang deras. Saya belum bisa menjabarkan gaya ini. Selain saya masih pemula, saya juga tidak diajarkan. Karena ketika naik perahu kami didampingi instruktur. Kami sifatnya wisata. Saya hanya bisa melihat namun tidak bisa menjelaskan secara detail.
Tidak hanya cara mendayung, tetapi kami juga diajari cara menjaga diri ketika berada di perahu dan jatuh ke sungai. Menjaga diri tidak terlalu sulit. Sebelumnya akan saya jelaskan tentang bentuk kapal. Terdiri dari empat kursi. Bagian depan, bagian tengah, dan bagian belakang. Bagian belakang biasa diduduki instruktur atau orang yang mendayung paling kuat. Bagian depan. Antar bagian-bagian ada sekat yang bia digunakan sebagai tempat duduk sekaligus sebagai alat pelindung diri jika ada jeram.
Nah, untuk menjaga diri, kaki kita masuk disela-sela sekat tersebut, sehingga ketika ada jeram tubuh kita tetap tertahan olah kapal. Kemudian cara menjaga diri saat kita jatuh dari kapal yaitu posisikan tubuh mengikuti arus air, posisi terlentang, kepala agak diangkat, kaki tetap digerakkkan seperti orang mengayuh sepeda. Kenapa harus posisi seperti itu?
Disarankan dengan posisi seperti itu karena kita akan lebih mudah mengenali medan yang ada di epan kita. Tubuh mengikuti arus air akan memudahkan kita mendekati kapal dan ringan karena tidak mengeluarkan banyak tenaga. Posisi terlentang membuat kita mengetahui bahaya yang ada di depan kita. Kepala agak diangkat supaya kita tidak tenggelam. Kaki tetap digerakkan seperti mengayuh agar kita tahu ada batu atau benda lainnya didepan kita. Tenang adalah sikap yang paling penting. Dengan tenang kita bisa berpikir dengan jernih.
Di Sungai Elo ada beberapa jeram yang cukup menantang bagi pemula. Selain itu ada sungai yang kanan-kiri tebing dan sempit, karena airnya di daerah itu cukup tenang kita bisa renang atau “ngeli” (istilah jawa-red). Ada beberapa aliran sungai yang tenang juga, di daerah itu kita bisa berenang-renang atau kadang main perang-perangan dengan kapal yang lain.
Air yang cukup jernih membuat kami merasa segar dan senang. Kanan kiri sungai juga banyak penduduk yang melakukan beberapa aktivitas seperti mandi, memancing. Warga sekitar juga cukup ramah. Menikmati suasana alam anugerah Tuhan itu menyenangkan.
Setelah melewati beberapa jeram, lebih tepatnya setengah perjalanan kami beristirahat di sebuah gubug. Tempat itu memang disediakan oleh penyedia jasa. Ada berbagai makanan tradisional dan air kelapa muda yang bisa dinikmati sambil beristirahat. Hampir 30 menit kami istirahat perjalanan dilanjutkan. Kita juga bisa foto-foto lho… Kamera yang kami bawa ditipkan kepada petugas penyedia jasa. Nanti kita akan difoto saat arum jeram berlangsung di tempat-tempat yang menurutku cukup menantang. Jadi kita bisa mengabadikan momen-momen yang seru.
Kurang lebih tiga jam perjalanan sungai telah kami tempuh. Sampailah kami dibatas akhirnya. Jemputan sudah menunggu, menjemput kami lagi dan mengantarkan kami ke base camp. Setelah membersihkan diri dan sholat, makanan sudah tersedia. Di base camp ada sebuah resto yang memang disediakan untuk kami yang melakukan aktivitas arum jeram. Jadi dengan     Rp. 110.000,00 kita sudah mendapatkan paket wisata tadi.
Ini salah satu cerita akhir bulan Oktober 2011-ku. Mana ceritamu???? Hehe….
Kalau ditanya apa manfaat kamu ikut itu??? Banyak…..
*     Pertama, kalau kita punya keinginan dan belum dikabulkan oleh Allah, percayalah suatu saat pasti kita bisa mendapatkannya. Karena aku ingin melakukan kegiatan ini sudah dari SMA dan baru setelah lulus kuliah dan kerja hampir dua tahun baru terlaksana. Mungkin saat itu memang belum tepat.
*     Kedua, jangan takut meskipun kita belum kenal sama orang-orang disekitar kita, kalau tujuan kita sama pasti bisa mencapainya dengan bekerja sama dengan baik. Semuanya asyik-asyik aja, bahagia kok. 
*     Syukuri setiap hal yang disuguhkan alam pada kita, bahagianya akan lebih terasa.
*     Yupzzz…melakukan olah raga ini yang penting kita TENANG.

SELAMAT MENCOBA, DIJAMIN GA NYESEL!!!!
Yogya, 2 Juni 2012
junee_3@yahoo.com

Komentar

Postingan Populer